Eits, Starlink punya Elon Musk bikin APJII geram! Mereka bilang layanan internet satelit ini bisa raup untung besar-besaran dari Indonesia. APJII memperkirakan Starlink bisa raup untung sebesar Rp2,2 triliun sebulan dengan memikat pelanggan di sini.
Gimana ceritanya? Yuk simak artikel ini buat kenal lebih jauh soal keluhan APJII tentang hadirnya Starlink di Indonesia. Kita juga bahas alasan APJII ngamuk-ngamuk begini sama layanan satelit ini. Ternyata ada potensi untung besar yang bisa diraup Starlink dari pasar internet Indonesia lho.
APJII Mengeluhkan Kehadiran Penyedia Starlink Di Negara Ini
Mempertanyakan Kehadiran Starlink
Guys, kalian tahu gak sih kalau belakangan ini ada pihak yang mengeluhkan kehadiran Starlink di Indonesia? Yap, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau APJII ini merasa khawatir dengan kehadiran penyedia internet berbasis satelit rendah orbit seperti Starlink milik Elon Musk.
Dalam wawancara dengan Bisnis belum lama ini, Sekjen APJII Zulfadly Syam mengungkapkan kekhawatirannya terkait potensi Starlink untuk meraup untung besar dari pasar Indonesia. Menurutnya, Starlink yang bisa dijangkau melalui situs web dan e-commerce saat ini hanya pembukaan jalan saja.
Perhitungan Potensi Untung Starlink
Berdasarkan data APJII, populasi yang sudah melek internet di Indonesia saat ini mencapai 79,5% dari total penduduk. Secara matematis, artinya ada sekitar 220 juta pengguna internet di Tanah Air.
Zulfadly memperkirakan jika Elon Musk dengan teknologinya berhasil meraih 10% saja dari pengguna internet tersebut, maka ada sekitar 22 juta pengguna potensial.
“Katakanlah konservatif, satu device atau layanan dijual Rp100.000, maka dalam sebulan potensi untung yang bisa diraup Elon Musk Rp2,2 triliun,” ungkap Zulfadly.
Mengkhawatirkan Persaingan
Kekhawatiran APJII memang bisa dimengerti. Kehadiran pemain baru seperti Starlink tentu bisa mengancam eksistensi penyedia layanan internet yang sudah ada sebelumnya. Belum lagi jika Starlink memang berniat untuk serius menyasar pasar Indonesia.
Meski begitu, kehadiran Starlink juga bisa memicu persaingan yang lebih sehat di industri penyedia layanan internet. Artinya, para pemain lama juga harus mulai berinovasi agar tak tersisih. Pada akhirnya, masyarakat yang akan menikmati layanan internet dengan kualitas lebih baik.
Alasan APJII Mengeluhkan Starlink
Layanan Satelit Starlink Dianggap Mengancam Industri
Penyedia layanan internet berbasis satelit seperti Starlink dianggap mengancam pendapatan para penyedia internet lokal di Indonesia. Ya, sistem satelit rendah Starlink yang dikembangkan oleh SpaceX milik Elon Musk telah membuat APJII mengeluhkan kehadirannya di Tanah Air.
Mereka khawatir Starlink bakal meraup untung besar dari pasar internet Indonesia yang terbilang menggiurkan. Mengingat jumlah populasi melek internet di Indonesia yang tinggi, yaitu sekitar 79,5% dari total penduduk atau setara 220 juta pengguna.
Potensi Pasar Rp2,2 Triliun per Bulan
Zulfadly Syam selaku Sekretaris Jenderal APJII memperkirakan jika Starlink berhasil meraih 10% dari pengguna internet di Indonesia, artinya ada sekitar 22 juta pelanggan potensial. Bila setiap layanan dibanderol Rp100 ribu per bulan, maka Starlink bisa meraup hingga Rp2,2 triliun per bulan!
Angka tersebut tentu sangat menggiurkan dan bisa mengancam eksistensi penyedia layanan internet konvensional di Indonesia. Maka tak heran jika APJII mengeluhkan kehadiran Starlink yang dianggap bisa menyingkirkan pemain lokal.
Kompetisi Sehat Dibutuhkan
Namun di sisi lain, kompetisi sehat antar penyedia layanan internet juga dibutuhkan untuk mendorong inovasi dan kualitas layanan yang lebih baik. APJII sebaiknya tidak terlalu khawatir selama iklim persaingan tetap kondusif.
Kehadiran Starlink justru bisa memicu penyedia internet dalam negeri untuk meningkatkan kualitas jaringan dan layanannya. Sehingga pada akhirnya, masyarakat Indonesia yang akan diuntungkan dengan terjangkaunya akses internet berkualitas di seluruh wilayah. Tentu dengan harapan harga yang tetap terjangkau.
Perkiraan Potensi Keuntungan Starlink Di Indonesia
Basis Perhitungan APJII
Berdasarkan data APJII, saat ini penduduk yang melek internet di Indonesia mencapai 79,5% dari total populasi. Secara matematis, artinya ada sekitar 220 juta pengguna internet di Tanah Air.
“Misalkan saja, secara konservatif, Elon Musk dengan berbagai teknologinya akan mencoba meraup pasar di Indonesia minimal 10% dari penduduk melek internet. Artinya, ada sekitar 22 juta pengguna,” ujar Zulfadly.
Angka Fantastis Proyeksi Pendapatan
Zulfadly kemudian menghitung, jika satu perangkat atau layanan Starlink dijual seharga Rp100.000, maka dalam sebulan potensi keuntungan yang bisa diraup Elon Musk mencapai Rp2,2 triliun.
Angka tersebut tentu saja fantastis! Belum lagi jika Starlink berhasil menjaring lebih dari 10% pengguna internet Indonesia. Potensi keuntungannya akan semakin besar.
Peringatan APJII kepada Pemerintah
Melihat besarnya potensi keuntungan ini, APJII pun mengingatkan pemerintah agar waspada dengan kehadiran Starlink. Pasalnya, provider berbasis satelit ini bisa mengancam keberadaan operator internet lokal yang selama ini menggarap pasar di Indonesia.
“Jika Starlink lama-lama menguasai pasar internet di sini, bagaimana nasib para pemain lokal?” pungkas Zulfadly memperingatkan. Dia berharap pemerintah tidak tinggal diam dan segera mengambil langkah-langkah antisipatif.
Tanggapan Pemerintah Terhadap Masuknya Starlink
Pemerintah Masih Kaji Dampaknya
Pemerintah Indonesia sepertinya masih mengkaji dampak masuknya penyedia layanan internet berbasis satelit Starlink milik Elon Musk ke Indonesia. Meski belum ada keputusan pasti, beberapa kementerian terkait seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) mengaku tengah mempelajari potensi dampaknya.
Menurut pejabat Kemkominfo, kehadiran Starlink di Indonesia berpotensi mengganggu ekosistem telekomunikasi dalam negeri yang telah berjalan. Pasalnya, operator besar yang menjadi tulang punggung penyediaan akses internet di Tanah Air sudah berinvestasi besar-besaran untuk infrastruktur jaringan mereka.
Prinsip Kehati-hatian Diterapkan
Namun di sisi lain, kehadiran Starlink juga bisa membantu mempercepat target pemerataan akses internet di seluruh wilayah Indonesia, terutama daerah terpencil yang sulit dijangkau jaringan konvensional. Karena itu, pemerintah mengambil prinsip kehati-hatian dalam mengambil keputusan.
“Kami masih pelajari dulu dampaknya, baik dari sisi regulasi maupun dampak bisnisnya bagi operator dalam negeri. Tidak menutup kemungkinan ada aturan khusus yang dibuat untuk mengatur kehadiran penyedia layanan ini,” ujar Deputi Bidang Pengelolaan Sumber Daya Kemkominfo.
Koordinasi dengan Operator Dalam Negeri
Dia menambahkan, pemerintah juga akan berkoordinasi dengan para operator telekomunikasi dalam negeri. Tujuannya agar tidak terjadi gejolak dalam industri yang bisa merugikan banyak pihak. Pemerintah akan mencari solusi terbaik agar kepentingan semua pihak dapat terakomodasi.
“Yang jelas, pemerintah siap menghadapi dinamika perkembangan teknologi ini dengan memastikan regulasi yang ada dapat mengikuti perubahan zaman,” pungkasnya.
Pertanyaan Dan Jawaban Seputar Keluhan APJII Tentang Kehadiran Penyedia Starlink Di Indonesia
Mengapa APJII Mengeluh Soal Kehadiran Starlink?
Jadi, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, APJII memperkirakan bahwa Starlink berpotensi meraup keuntungan hingga Rp2,2 triliun per bulan dari pasar internet Indonesia. Angka ini tentu saja mengkhawatirkan mereka sebagai asosiasi penyedia layanan internet dalam negeri.
Meskipun baru menargetkan 10% pengguna internet di Indonesia, kehadiran Starlink dianggap sebagai ancaman bagi para pemain lama. Apalagi, dengan inovasi teknologi satelit rendah orbitnya, Starlink berpotensi menyediakan layanan yang lebih cepat dan terjangkau.
Apakah Keluhan APJII Berlebihan?
Meski kekhawatiran APJII bisa dimengerti, banyak pihak menilai keluhan mereka terlalu berlebihan. Pasalnya, persaingan sehat antar-penyedia layanan justru akan mendorong inovasi dan peningkatan kualitas produk serta layanan.
Di sisi lain, kehadiran Starlink juga bisa membantu memperluas jangkauan internet ke wilayah-wilayah terpencil yang selama ini sulit dijangkau jaringan konvensional. Sehingga, masyarakat bisa mendapatkan akses internet yang lebih merata dan terjangkau.
Apa Langkah APJII Selanjutnya?
Alih-alih mengeluhkan kehadiran Starlink, APJII sebaiknya mulai memikirkan strategi untuk meningkatkan daya saing anggotanya. Misalnya dengan memperbaiki infrastruktur, meluncurkan paket layanan baru, atau bahkan bekerja sama dengan penyedia layanan asing seperti Starlink.
Yang terpenting, APJII perlu melihat situasi ini sebagai peluang untuk berkembang, bukan sebagai ancaman. Kompetisi yang sehat justru akan mendorong pertumbuhan industri internet di Indonesia secara keseluruhan.
Conclusion
Jadi begitulah, teman-teman. Elon Musk dan Starlink-nya memang punya potensi untuk mengambil pangsa pasar internet di Indonesia dan meraih keuntungan besar. Tapi di sisi lain, layanan satelit rendah orbit mereka juga bisa memberikan akses internet cepat ke daerah terpencil yang susah dijangkau fiber optik. Pemerintah harus menyeimbangkan kepentingan penyedia internet lokal dan masyarakat umum dalam mengatur kehadiran Starlink di Indonesia ke depannya. Yang jelas, persaingan sehat dalam industri selalu menguntungkan konsumen. Jadi kita lihat saja bagaimana ceritanya berlanjut. Tetap waspada, teman-teman!